Perlunya Kompensasi Lingkungan untuk Menyelamatkan Ekosistem Pesisir

- 12 Februari 2024, 16:00 WIB
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno berfoto bersama jajaran Kementerian LHK dan unsur Forkopimda Kabupaten Tegal sesaat sebelum melakukan penanaman bibit pohon cemara di Pantai Padaharja
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno berfoto bersama jajaran Kementerian LHK dan unsur Forkopimda Kabupaten Tegal sesaat sebelum melakukan penanaman bibit pohon cemara di Pantai Padaharja /Doc/

SEPUTAR PANTURA – Abrasi di daerah pesisir pantai utara akibat perubahan iklim, kerusakan ekosistem mangrove, dan penurunan permukaan tanah menjadi persoalan lingkungan di sebagian pesisir utara Jawa. Selain itu, wilayah pesisir juga paling banyak menanggung dampak lingkungan dari aktivitas ekonomi manusia di hulu hingga hilir.

Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ade Palguna saat berlangsung penanaman bibit pohon serempak di seluruh Indonesia tingkat Jawa Tengah dalam rangka peringatan Hari Lahan Basah Sedunia yang dipusatkan di Pantai Padaharja, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Rabu 7 Februari 2024 kemarin.

Menurut Ade, tekanan dampak lingkungan di kawasan pesisir akan semakin berat seperti halnya sampah dan limbah yang terangkut ke laut melalui sungai mengakibatkan rusaknya ekositem pesisir dan biota laut hingga tergangggunya rantai makanan.

Baca Juga: KAI Daop 4 Hadirkan Hiburan, Layani 222 Ribu Pelanggan KA Selama Libur Isra Miraj dan Cuti Bersama Imlek

Selain itu, abrasi juga menjadi salah satu ancaman nyata atas keberlangsungan ekosistem di wilayah pantai, termasuk kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalamnya. Sehingga menurutnya perlu ada mekanisme kompensasi terhadap daerah hilir yang sudah dicemari orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

“Pemerintah harus mulai merencanakan sebuah kompensasi untuk warga masyarakat hilir yang tidak banyak mendapatkan kompensasi dari kegiatan pembangunan yang sudah dilakukan di hulu,” ujar Ade.

Menurutnya, masyarakat yang tinggal di hilir seperti kawasan pesisir pantai ini merasakan dampak negatif paling besar dari aktivitas pembangunan besar-besaran di kawasan hulu. Hal ini memang tidak dirasakan oleh mereka yang tinggal di hulu. Bahkan disayangkan, tidak banyak yang sadar akan ancaman serius yang dihadapi masyarakat pesisir akibat aktivitas perekonomian di hulu.

Baca Juga: Delapan Taruna Akpol Angkatan 58 Implementasikan Fungsi Teknis Kepolisian di Pemalang

Sehingga melalui kegiatan penanaman 1.100 bibit pohon cemara laut (Casuarina equisetifolia) pada lahan pisisir pantai seluas satu hektare ini diharapkan bisa menggugah perhatian dan kepedulian lebih banyak pihak akan persoalan lingkungan dan kerusakan ekosistem di kawasan pesisir, selain meminimalisir terjadinya abrasi dan menahan laju ombak di pantai utara ini.

“Kegiatan ini menjadi kolaborasi kita bersama antara masyarakat dan pemerintah. Sebab konteks pelestarian dan penyelematan lingkungan hidup dan kehutanan tidak bisa dilakukan sendiri, harus bersama-sama seperti yang kita lakukan saat ini,” ucapnya.

Halaman:

Editor: Dimas Reza Y


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x